Saturday, 27 July 2019

Jatuhnya Presiden Resmi Pilihan Rakyat




Judul               : Air Mata Presiden Mursi
Penulis             : AM. Waskito
Penerbit           : Pustaka Al Kautsar
Terbit               : Juli 2013
Tebal               : 137 halaman

Sangat menyedihkan mengetahui seorang presiden terpilih secara demokratis, solih, hafal Quran dan selalu siap berjuang demi bangsa dan agamanya, secara zalim ditumbangkan atau dikudeta oleh orang-orang yang haus kekuasaan dan darah umat Islam. Dia adalah Presiden Mursi, presiden legal pilihan 51 persen lebih rakyat Mesir pada 2012 lalu yang dikudeta oleh As Sisi, kaki tangan Amerika dan Israel.

Mengapa Presiden Mursi dikudeta?


Jelas visi misi Presiden Mursi membuat kaum sekuler-liberal gerah. Sikapnya yang keras kepala terhadap Israel, penjajah yang masih terus membombardir Palestina, membantai umat muslim di sana dan kaum syiah di Suriah pimpinan Bashar Assad yang terus menerus menumpahkan darah umat muslim sunni, membuat kedua negara tersebut geram kepada Mursi. 

Sejak Presiden Mursi terpilih sebagai presiden, akses bantuan ke jalur Gaza mengalir terus menerus. Presiden Mursi juga merupakan presiden pertama yang berasal dari sipil, sedangkan pemerintahan sebelumnya berkuasa di negeri Firaun itu berasal dari militer yang berkuasa selama lebih dari 30 tahun.

Mursi ingin membebaskan Mesir dari kesewenangan militer, ia juga ingin memberantas korupsi yang marak terjadi di masa kepemimpinan Husni Mubarak. Para pejabat terdahulu khawatir Mursi akan memburu mereka sehingga tidak bisa lagi leluasa menjalani aksi korupnya. 

As Sisi dan sekutunya juga sangat membenci Ikhwanul Muslimin-organisasi yang terus memperjuangkan Islam- di mana Presiden Mursi berasal. Mereka takut akan kebangkitan Islam, takut kehilangan kekuasaan dan sokongan dari Amerika dan Israel. As Sisi mengkudeta Mursi dengan berbagai fitnah yang dilancarkan kepada Mursi yang tidak pernah terbukti kebenarannya. 

Dengan didukung oleh berbagai pihak, seperti Amerika, Israel, Syiah, liberal, Yahudi, Kristen dan yang lebih menyedihkan bahkan negeri Arab yang seharusnya menjadi pembela sesama muslim, dilancarkanlah kudeta tersebut di saat kepemimpinan Mursi baru berusia satu tahun. Mursi terpilih sejak 30 Juni 2012 dan dikudeta pada 3 Juli 2013.

Pasukan militer yang dipimpin As Sisi menangkap Mursi dan para pendukungnya yang mengecam kudeta. Mereka dijebloskan ke penjara, tak sedikit yang syahid pada peristiwa itu. Bahkan kekejian As Sisi semakin menggila pada peristiwa subuh 8 Juli 2013. Mereka melakukan aksi penembakan kepada jamaah salat subuh di depan markas pasukan elit Garda Republik. Jamaah salat subuh itu merupakan demonstran pendukung Mursi tanpa senjata yang sedang berdoa mengadukan kezaliman sambil bercucuran air mata, mereka dibantai, ditembaki oleh militer zalim.

Dalam aksi kudeta ini, militer Mesir mendapat sokongan dana besar dari Amerika. Amerika yang selalu menggembar-gemborkan sistem demokrasi jurtu melukai proses demokrasi itu sendiri. Di sini terlihat bahwa demokrasi yang diagungkannya hanya berlaku untuk dirinya sendiri, tapi jika Islam yang memenagkan demokrasi secara legal malah dihancurkan dengan segala cara. Mungkin inilah demokrasi ala Amerika “demokrasi cowboy”. Demokrasi yang memaksakan kehendak, tidak ikut aturan, menggunakan cara-cara kekerasan, melakukan provokasi.

Politisi Muslim asal Sudan, Dr. Hasan Turabi mengatakan, “Mereka hanya percaya demokrasi untuk dirinya sendiri, bukan untuk orang lain.” 

Di tengah ramainya para pendukung kezaliman itu, masih ada negara atau tokoh-tokoh Islam yang mengecam kudeta dan tetap mendukung Mursi. Mereka adalah Presiden Turki, Recep Erdogan, para politisi Islam di Tunisia, pemimpin oposisi Sudan, Dr. Hasan Turabi, sekjen Front Ulama Al Azhar, sekjen Persaudaraan Muslim Indonesia, Dekan Fakultas Dakwah Islamiyah Universitas Al Azhar, Ulama besar Ikhwanul Muslimin, Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Imam Masjidil Haram, Guru besar Syariat Islam Universitas Al Imam Muhammad Ibnu Saud, ulama-ulama Al Azhar serta 1700 ulama, dai dan intelektual Saudi menyatakan dukungan kepada presiden sah Mesir, Muhammad Mursi.

Kini, selama kurang lebih enam tahun dipenjara tanpa mendapat akses kesehatan, tidak boleh dikunjungi oleh keluarga bahkan hanya untuk memegang mushaf Alquran pun dilarang, padahal sejatinya ia telah menghafal Alquran selama 30 tahun. Hingga akhir hayatnya ia habiskan di penjara dan tepat pada tanggal 18 Juni 2019 lalu Allah memanggilnya pulang ke haribaanNya. Masa yang dinantinya, masa di mana ia akan melepas rindu bertemu dengan Dia yang terkasih, Allah Subhanahu Wata’ala.

Dan Allah tidak akan membiarkan hambanya yang solih. Segala kezaliman yang terjadi pada Presiden Mursi pasti akan ada balasan yang dahsyat dari Sang MahaPencipta. Di akhirat nanti semua akan mendapat balasan setimpal atas apa yang telah diperbuat di dunia, semua akan mendapat keadilan dan mendapatkan hak-haknya kembali yang  telah dirampas.

“Akan dikembalikan hak-hak yang dizalimi kepada pemiliknya di Hari Kiamat, sehingga kambing yang tak bertanduk akan diberi kesempatan membalas kambing bertanduk.” HR. Muslim.


No comments:

Post a Comment

Cara Memupuk Kegemaran Membaca Sejak Kecil Hingga Dewasa

  Sebelum kita membahas cara memupuk kegemaran membaca, mari kita flashback sedikit ke masa di mana kita berada di fase belajar membaca d...