Monday 9 July 2018

Peperangan Melawan Master Dragon



Judul               : Pergi
Penulis             : Tere Liye
Penerbit           : Republika
Cetakan           : III, 2018
Tebal               : 455 halaman

Waktu membaca saya adalah di waktu pagi sebelum berangkat kerja, saat istirahat di tempat kerja (kadang-kadang), malam hari pulang kerja dan di hari libur. Ketika membaca sebuah novel yang ceritanya seru dan harus terpotong oleh jam kerja, maka pikiran saya akan melayang menebak-nebak bagaimana kisah selanjutnya, apa yang terjadi dengan tokohnya, bagaimana endingnya. Tak sabar ingin menuntaskan novel itu, tapi apa daya harus menunggu waktu kerja selesai.

Begitu pun saat membaca novel Pergi karya Bang Tere Liye ini. Saya selalu penasaran serangan apa lagi yang akan dilakukan oleh Keluarga Tong, siapa lagi yang jadi korban pembunuh bayaran, apa hubungan Bujang dan Diego. Ya, di setiap bab novel ini selalu menyimpan misteri yang sayang untuk dilewatkan.


Novel Pergi merupakan sekuel dari novel Pulang. Tokoh utamanya, yaitu Bujang alias Si Babi Hutan alias Agam memiliki kehidupan yang unik dengan banyak pertanyaan dalam pikirannya yang jawabannya masih menjadi misteri. Bujang seorang Tauke Besar, sebutan bagi kepala Keluarga Tong memiliki dua sisi kehidupan yang begitu kontras. Di satu sisi ia merupakan salah satu keluarga penguasa shadow economy atau bisnis illegal di dunia hitam. Sedangkan di sisi lain, ia juga masih memiliki sisi relijius.

Bujang, selain kepala Keluarga Tong, ia juga adalah tukang pukul nomor satu di keluarga tersebut. jangan ditanya keahliannya menembak, melumpuhkan musuh, kepiawaiannya dalam membuat strategi perang dan solusi-solusi cerdas setiap terdesak dalam situasi rumit. Namun, ketika pamannya, Tuanku Imam mengingatkan ia untuk selalu mendirikan sholat, itulah hal tersulit dalam hidupnya.

Novel Pergi berkisah tentang bagaimana Bujang harus mempersiapkan sebuah peperangan melawan Master Dragon yang berambisi untuk menjadi penguasa seluruh keluarga shadow economy. Master Dragon tidak segan-segan mengirimkan para pembunuh bayaran untuk membunuh Bujang dan kepala keluarga penguasa shadow economy lain yang tidak mendukungnya. 

Bujang tidak bisa tinggal diam. Ia harus menjalin kerja sama dengan anggota keluarga penguasa shadow economy lain yang memiliki kesaman visi dengannya. Akhirnya Bujang melakukan perjalanan melobi kepala keluarga shadow economy lainnya, Otets di Rusia dan Hiro Yamaguchi di Jepang. Kerja sama dengan keluarga Yamaguchi akhirnya terwujud dengan bayaran yang sangat mahal, yaitu tewasnya anak bungsu Hiro, Sakura dan suaminya yang baru saja melangsungkan pernikahan. 

Otets, penguasa shadow economy di Rusia belum bisa memutuskan apakah akan menjalin kerja sama dengan Bujang atau tidak. Satu syarat yang harus dipenuhi Bujang adalah bertarung melawan Maria, putrinya. Sebenarnya Bujang enggan bertarung dengan Maria, menganggap Maria bukan lawan yang sepadan. Dengan sedikit paksaan dan demi terwujudnya kerja sama tersebut, akhirnya Bujang menerima tawaran duel itu. Bujang pun salah menilai Maria. Wanita bermata biru itu salah satu petarung hebat di keluarga Otets.

Ada yang lucu dari pertemuan Bujang dengan Maria. Salonga, salah satu guru Bujang selalu mengejek Bujang yang tidak bisa berkonsentrasi saat pertarungan duel dikarenakan terpesona oleh kecantikan Maria. Bujang kesal dengan Salonga yang selalu menggodanya. Bujang akhirnya menang duel melawan Maria, tapi sayang ia harus menyesali kemenangannya itu.

Peperangan tiga keluarga akhirnya pecah. Keluarga Tong, Keluarga Otets dan Keluarga Yamaguchi mengerahkan segala kekuatan mereka untuk menyerang Master Dragon di Hong Kong. Serangan berjalan mulus, tapi ada keanehan dengan mulusnya serangan mereka. Rupanya Master Dragon telah menyiapkan siasat yang tidak terpikirkan oleh tiga keluarga tersebut. Master Dragon dengan percaya diri tinggi merasa akan memenangkan peperangan tersebut.

Novel karya Tere Liye ini selalu membuat pembaca mencoba menebak-nebak peristiwa yang akan terjadi, sayang, tebakan saya selalu tidak tepat. Juga penuh kejutan dan ketegangan di setiap babnya. 

Yang menarik dari novel ini menurut saya adalah, pertama, bagaimana penulis menggambarkan sebuah peperangan yang tidak diketahui oleh masyarakat luar bahkan pemerintah negara. Padahal peperangan tersebut menimbulkan banyak kerusakan dan korban jiwa. Semuanya dituliskan dengan jelas dan masuk akal. 

Hal menarik kedua, bab di mana Bujang membaca surat-surat Diego yang sudah belasan atau puluhan tahun berlalu. Surat-surat tersebut dalam keadaan buruk, kertas yang rusak dimakan waktu dan tulisan-tulisan yang sudah tidak mungkin untuk dibaca karena tintanya telah memudar. tapi karena kecanggihan teknologi, hal itu dapat diatasi dan surat-surat itu pun bisa dibaca lagi setelah direstorasi.

Bagian ending menurut saya masih penuh misteri, belum tuntas. Saya pun berpikir apakah akan ada kelanjutan dari kisah si Babi Hutan ini. Masih ada misteri tentang Diego, hubungan Bujang dengan Maria, mengapa Basyir kembali kepada keluarga Tong, itu semua masih menjadi tanda tanya dalam novel ini. Jadi, setelah Pulang dan Pergi, apa yang akan menjadi judul novel selanjutnya? Mungkin Singgah, haha…saya hanya menebak saja. Padahal belum tentu akan ada sekuel selanjutnya. 😄 

1 comment:

Kumpulan Cerita Menghibur dan Sarat Makna dari Penulis Cilik

  Judul: Papa Idamanku Penulis: Farah Hasanah K. Dinda Rahmadhani, dkk. Penerbit: Indiva Media Kreasi Tebal: 143 halaman Harga: Rp...